Danau Sunter Mancing, dan Sekaligus Wisata Keluarga – Danau Sunter, oase hijau di tengah Jakarta Utara, menawarkan lebih dari sekadar resapan air. Sebagai ruang terbuka publik, danau buatan ini memberikan kesejukan di tengah hiruk-pikuk kota, menjadi denyut nadi kehidupan warga ibukota yang mencari ketenangan dan keindahan di tengah pembangunan pesat DKI Jakarta.
Danau Sunter sendiri adalah perairan buatan yang berada wilayah administrasi Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priuk, Jakarta Utara. Danau ini terbentuk saat masa alih fungsi lahan areal persawahan menjadi kompleks perumahan mewah, yang dibangun oleh salah satu pengembang properti kenamaan pada medio 70-an. Menurut warga sekitar, danau ini terbentuk imbas pengerukan tanah yang digunakan untuk menguruk sawah-sawah menjadi dataran padat.
Pengerukan ini menghasilkan lubang besar yang bertransformasi menjadi danau dan waduk cantik yang dapat kita rasakan sekarang ini. Bagi warga sekitar, danau Sunter bukan hanya sekadar area resapan air pengendali banjir di utara Jakarta. Lebih dari itu, danau ini juga sebagai sarana melepas penat sekaligus denyut nadi kehidupan masyarakat sekitar. Dengan luas areal mencapai 15 hektar, banyak warga yang memanfaatkan danau Sunter sebagai sarana rekreasi dan juga sumber ekonomi.
Mereka bisa memilih untuk hanya duduk-duduk di pinggir danau sembari memandang hamparan perairan nan syahdu, atau bisa juga mencoba fasilitas wisata air yang tersedia seperti perahu bebek, ski air dan perahu speedboat. Selain itu di area selatan dan timur laut danau juga banyak berjejer rumah makan dan cafe-cafe yang menyuguhkan fasilitas makan di tepi danau.
Spot Mancing Air Tawar Andalan
Namun bukan hanya masyarakat umum saja yang dapat menikmati manfaat danau Sunter. Sudah tentu dimana ada spot air disitulah pasti ada kaum penghobi mancing yang datang menjajal peruntungannya. Para pemancing yang datang dari berbagai wilayah di Jakarta ini sengaja mampir ke danau Sunter untuk berburu ikan-ikan air tawar, sekaligus meregangkan urat-urat saraf yang tegang.
Mereka biasa mengisi setiap sudut pesisir danau untuk mengayunkan joran dan manangkap buruan ikan. Salah satunya adalah Sandi, warga Tanjung Priuk ini biasa meluangkan waktu untuk pergi memancing di danau Sunter sejak bertahun-tahun silam. Dengan mengandalkan umpan lumut dan joran spinning kelas ringan, Sandi dalam sehari bisa mendapatkan puluhan ikan berbagai ukuran dan jenis.
Umumnya ikan-ikan seperti lele, ikan mas, hingga nila yang lebih banyak masuk ke keranjang Sandi. Meski ukurannya dominan sebesar empat telunjuk orang dewasa, namun kepuasan batin merasakan sensasi strike di spot liar menjadi urusan yang tidak dapat diukur dengan materi. Selain Sandi, ada ratusan penghobi mancing lainnya melakukan hal yang sama ditepian danau Sunter.
Namun bagi mereka yang ingin merasakan sensasi mancing dengan aura kompetisi, tersedia juga kolam pemancingan harian hingga kelas galatama di sudut barat dan selatan danau. Dengan banderol tiket mulai dari Rp38 ribu untuk kelas harian dan Rp80 ribu untuk galatama, para pelanggan sudah bisa beradu keburuntungan dengan memancing di kolam yang sudah didesain ekslusif ini.
Jadi Perhatian Walikota Jak-ut
Namun di satu sisi bagi sebagian kalangan, keberadaan kolam pemancingan ini sedikit membuat kesan kumuh danau Sunter. Pihak penglola kolam pemancingan mengokupansi area pinggiran danau menggunakan bilah-bilah bambu sebagai pembatas. Praktis hal ini memangkas akses publik yang ingim mengeksplorasi danau Sunter secara keseluruhan.
Hal inilah yang sempat menjadi perhatian Walikota Jakarta Utara, Husein Murad, saat menyambangi ruang terbuka biru di wilayahnya tersebut.
Selain soal keberadaan kolam pemancingan, kondisi air danau juga tak luput dari perhatian Walikota. Dalam waktu dekat, ia akan berkordinasi dengan dinas terkait untuk menuntaskan kondisi air danau. “Air di sini juga menjadi perhatian. Kami juga sudah bersurat pada SKPD terkait agar segera ditindak lanjuti,” terangnya.
Harapan Pemancing
Sama seperti Walikota, tidak sedikit pemancing juga mengharapkan hal yang sama dengan kondisi danau Sunter terkini. Mereka mengutarakan problematika kota-kota besar seperti Jakarta adalah minimnya ruang terbuka hijau/biru yang bisa diakses oleh publik secara gratis. Terlebih spot mancing liar seperti danau Sunter, di belahan Jakarta lainnya tak banyak spot mancing yang bisa dijangkau oleh pemancing.
“Bagi saya pengunjung juga harus jaga kebersihan di sekitar danau dan menaati peraturan yang ada. Karena peraturan di sini dilarang mancing menggunakan (kail) garong dan juga jaring. Tapi masih banyak yang melanggar. Padahal ini untuk kebaikan seluruh masyarakat dan juga ekosistem ikan di danau,” ujarnya. “Semoga kedepan bisa tertata rapi dan tidak semeraut. Serta banyak spot mancing yang tersedia di Jakarta,” tutupnya.